Senin, 27 September 2010

CANGKIR

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. “Lihat cangkir itu,” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat,” ujar si kakek.
Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara “Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar.
Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing. Stop ! Stop ! Aku berteriak, Tetapi orang itu berkata “belum !” lalu ia mulai menyodok dan meninjuku berulang-ulang. Stop! Stop ! teriakku lagi. Tapi orang ini masih saja meninjuku, tanpa menghiraukan teriakanku. Bahkan lebih buruk lagi ia memasukkan aku ke dalam perapian. Panas ! Panas ! Teriakku dengan keras. Stop ! Cukup ! Teriakku lagi. Tapi orang ini berkata “belum !”
Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian itu dan membiarkan aku sampai dingin. Aku pikir, selesailah penderitaanku. Oh ternyata belum. Setelah dingin aku diberikan kepada seorang wanita muda dan dan ia mulai mewarnai aku. Asapnya begitu memualkan. Stop ! Stop ! Aku berteriak.
Wanita itu berkata “belum !” Lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia memasukkan aku lagi ke perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong ! Hentikan penyiksaan ini ! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak peduli dengan teriakanku.Ia terus membakarku. Setelah puas “menyiksaku” kini aku dibiarkan dingin.
Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat kaca. Aku melihat diriku. Aku terkejut sekali. Aku hampir tidak percaya, karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik. Semua kesakitan dan penderitaanku yang lalu menjadi sirna tatkala kulihat diriku.

TUJUAN HIDUP part1

Suatu hari ada orang aneh mendatangi anda. Lalu berucap: “Mau kemana sih, loe?”, Gampang. Anda jawab saja: “Gue mau kekantor!”. Atau, “Gue mau kekampus.” Bilang “kerumah pacar” juga boleh. Pertanyaannya hanya satu; “Mau kemana sih, loe?” Tetapi, jawabannya bisa banyak sekali. Sekarang, jawaban mana yang benar? Tidak seperti soal ebtanas yang menuntut hanya satu jawaban yang benar, pertanyaan itu memberikan keleluasaan kepada setiap individu untuk menemukan jawabannya masing-masing. Apakah anda bilang hendak kekantor atau ke kampus, atau kerumah pacar; itu tidak dipersoalkan. Sebab, orang yang mempunyai tujuan, akan selalu mempunyai jawabannya. Sedangkan, seseorang yang tidak tahu hendak menuju kemana dia; pasti tidak bisa menjawabnya.Saya baru diingatkan kembali tentang salah satu episode dari Alice in Wonderland, buah karya legendaris Lewis Carroll. Dalam suatu perjalanan, Alice tiba di sebuah persimpangan jalan. Jalan yang dilaluinya bercabang menjadi dua. Satu kekiri, dan satu lagi kekanan. Alice bingung mau mengambil jalan yang mana. Dalam bimbangnya, ia bertanya kepada Cheshire Cat yang lucu itu; “Would you tell me please,” katanya “which way I ought to go from here?” Kucing bijaksana itu menatap wajah Alice. Lalu dia berkata; “That’s depend on a good deal on where you want to go…” Kata Cheshire Cat. Mendengar nasihat itu, Alice berkata bahwa dirinya tidak terlalu peduli dengan tujuan. Dan sang kucing kembali tersenyum, lalu berkata dengan lemah lembut;

“Then, it doesn’t matter which way you go….” Jalan mana yang kamu tempuh – my dear – bergantung kepada tujuanmu.
Kalo kamu nggak tahu kemana tujuan kamu, ngambil jalan manapun nggak urusan. Terserah kamu. Itu bukan saya yang bilang. Tapi, si Cheshire Cat. Kalau bangsa kucing aja bisa bilang begitu; kenapa anda nggak bisa bilangin hal yang sama buat diri anda sendiri? Anda suka kebingungan kalo berhadapan dengan dua pilihan. Jadinya hidup anda gamang. Jiwa anda ngambang. Hati anda bimbang. Nggak bisa bikin keputusan. Ujung-ujungnya anda cuma bengong doang. Nggak ngambil jalan yang ini. Nggak juga yang itu. Nggak ngambil tindakan ini. Nggak juga yang itu. Anda jadi pasif. Nggak ngapa-ngapain. Dan tahu- tahu anda nyadar kalau udah tua. Padahal anda nggak tahu dipake apa aja tuch umur! Begitu, sang sosok dicermin berkata ketika saya menatapnya.
Sebenarnya, hal itu tidak perlu terjadi jika saja kita sudah mempunyai jawaban yang jelas atas pertanyaan dari orang aneh tadi. “Mau kemana sih, loe?”. Sesungguhnya, ini bukan sekedar pertanyaan tentang sebuah tindakan. Melainkan tentang misi hidup kita. Pendek kata, `Mau kemana sih, loe..’ mengingatkan kita bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan suatu tujuan. Oleh karenanya, setiap manusia yang dilahirkan memiliki misi hidupnya masing-masing. Kita diajak untuk sadar tentang tujuan hidup kita itu. Sebab, tujuan hidup kita akan menentukan tindakan kita. Jika tujuan hidup kita baik; maka kita akan menjauhi tindakan-tindakan yang buruk. Tetapi, jika tujuan hidup kita buruk; ngapain kita buang-buang waktu untuk melakukan tindakan yang baik? Kalaupun kita melakukan kebaikan, maka itu bertujuan supaya kita bisa menutupi keburukan lain yang kita lakukan. Topeng. Karena, kebaikan kita pasti tidak didasari oleh niat baik. Mungkin kita hanya sekedar ingin dipuji orang. Mungkin kita hanya ingin agar orang mencoblos kita pada pemilihan ketua RT nanti. Apa saja.
Sedangkan tujuan yang baik memberi kita panduan. Supaya kita tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan tujuan kita. Jika kita bertujuan baik, kita tidak akan pernah mau mencemarinya dengan setitik dengki didalam hati. Apalagi merusaknya dengan tindakan yang merugikan orang lain. Atau hal-hal buruk lainnya. Sebab, seperti air dan minyak, tujuan baik belum bisa berintim-intim dengan perilaku buruk. Makanya, jika seseorang lebih banyak berperilaku buruk. Mementingkan dirinya sendiri. Menghalalkan segala cara; bisa dipastikan bahwa orang itu mendefinisikan tujuan hidupnya kearah yang buruk. Sebab, jika tujuan mereka baik; pasti akan tercermin pula didalam sikap, tindak-tanduk, dan lakunya setiap hari. Pendek kata, tujuan yang kita tentukan memberi arah kepada kita; atas jalan mana yang harus kita tempuh ketika kita berada disebuah persimpangan.
Selain memberi arah, tujuan hidup juga memberi kekuatan jiwa. Jika kita sudah mempunyai tujuan mulia; maka kesulitan hidup macam apapun yang merintangi, pasti akan kita hadapi. Jadinya, kita tidak mudah menyerah. Karena kita tahu, meskipun sulit; tapi itu adalah jalan yang akan membawa kita menuju ke tempat yang kita tuju. Sedangkan, jalan lain – meskipun kelihatannya indah – bukan membawa kita ke tempat yang kita cita-citakan. Dengan begitu kita bisa menjadi pribadi yang tangguh.
Dalam pekerjaan pun demikian. Jika kita mempunyai tujuan dalam karir atau pekerjaan, maka kita akan bersedia untuk melakukan banyak hal yang memungkinkan kita mencapai tujuan itu. Meskipun mungkin itu membutuhkan usaha ekstra. Kesabaran yang lebih besar. Dan keuletan yang luar biasa. Jika tujuan kita lebih besar dari orang lain; maka kita tahu dong bahwa usaha yang kita lakukan mestinya juga lebih berkualitas daripada orang lain. Oleh sebab itu, agak aneh juga ya kalau kita bercita-cita untuk melampaui pencapaian orang lain, tapi kita bekerja dengan kualitas dan kuantitas yang sama dengan mereka. Betapa banyak orang yang ingin sukses dalam karirnya. Ingin menjadi manajer yang hebat. Tidak jarang juga yang berambisi untuk menjadi direktur secepat kilat. Tapi, mereka bekerja tidak lebih baik dari teman-temannya. Bahkan, jujur saja; orang lain banyak yang lebih bersungguh-sungguh dari mereka. Menurut pendapat anda; jika kesempatan itu memang ada, siapa yang layak mendapatkannya? Tentu adalah orang yang lebih ulet. Lebih giat. Lebih berdedikasi.
Ada pertanyaan; Jika kita punya tujuan, belum tentu bisa mencapainya kan? Benar. Tidak semua orang yang mempunyai tujuan berhasil mewujudkannya. Karena ada beberapa faktor yang menentukan. Misalnya, kita keburu meninggal. Jika sang pemilik hidup mengambil hidup kita, mau apa lagi? Terima saja. Lagipula, jika selama hidup kita sudah dituntun oleh tujuan hidup yang baik, maka pastilah maut akan membawa kita ke tempat yang lebih baik. Bagaimana kalau kelakuan kita dikendalikan oleh tujuan hidup yang buruk? Jadi, kematian bukanlah sesuatu yang mesti kita takutkan.
Lain ceritanya kalau ketidakberhasilan itu disebabkan karena kita tidak memaksimalkan kemampuan yang kita miliki. Betapa banyak orang yang sesungguhnya mempunyai kemampuan tinggi, sekolah tinggi, kesempatan banyak; tapi mereka tidak memaksimalkannya. Jadi, meskipun cita-citanya tinggi; pencapainnya tetap rendah. Mengapa? Karena mereka tidak memacu diri untuk mengerahkan semua potensi diri yang dimiliki.
“Mau kemana sih, loe?” bukan pertanyaan yang semata-mata bersifat duniawi. Dia juga mewakili kepentingan ukhrowi. Pertanyaan itu mengingatkan kita bahwa nanti, kita ini akan kembali menghadap sang Khalik. Sang pemilik hidup, yang sudah meminjamkan hidup itu kepada kita. Maka, “Mau kemana sih, loe?” mengandung makna; `apa yang akan engkau pertanggungjawabkan kelak ketika engkau kembali menghadap sang pencipta?’. Bukankah pasti Dia bertanya; “Elo pake apa tuch kehidupan yang sudah Gue pinjamkan itu?”
Ketika mendengar seseorang meninggal dunia, Anda bilang: “Saya turut berduka cita.” Lalu anda berkata: “Semoga arwahnya diterima disisi Tuhan, dan diberikan tempat baginya disurga….” Itu sebetulnya bukan sekdar do’a. melainkan juga cita-cita kita. Kita ingin kembali ketempat yang layak di sisi Tuhan kelak. Makanya, aneh juga ya kita ini. Kita berdoa begitu untuk orang yang meninggal,. Tapi, kita suka lupa bahwa doa itu hanya akan dikabulkan jika orang yang kita doakan memang orang baik. Jika dia bukan orang baik; memangnya kita ini sesakti apa sehingga Tuhan mau mendengarkan doa kita? Apalagi jika doa itu kita ucapkan hanya sekedar basa-basi belaka. Sebaliknya, orang-orang baik yang meninggal. Meskipun kita tidak berdoa kepada Tuhan supaya Dia memberinya tempat paling mulia: dia tetap saja akan mendapatkan tempat mulia itu. Sebab, memang dasarnya dia orang baik. Dan memenuhi syarat untuk mendapatkan kemuliaan disisin Tuhan.
Lantas, bagaimana seandainya yang mati itu bukan orang yang kita doakan; melainkan diri kita sendiri? Apakah doa orang lain akan sanggup merayu Tuhan supaya memberi kita tempat yang layak? Ataukah, perilaku baik kita selama hidup yang menentukan? Well, it is worth to reflect when it comes to Mau kemana sih, loe…

ALASAN MANUSIA INGIN MENCAPAI KESEMPURNAAN

Mitos mengenai keindahan dan kehebatan kehidupan Ketuhanan/Dewa-Dewi yang diceritakan secara sangat luar biasa secara turun temurun baik melalui dongeng dan lain sebagainya sudah sangat mengiurkan manusia sejak dahulu kala, sehingga timbulah motivasi manusia untuk senantiasa terus mencari cara dan jalan untuk masuk dalam kehidupan tersebut.

Akibatnya timbulah banyak teori atau pemahaman yang menyebabkan banyaknya agama di dalam kehidupan manusia. Namun hampir kesemua agama tersebut memiliki satu persamaan bahwa untuk mencapai dimensi kehidupan tersebut maka manusia harus menjadi manusia yang baik atau yang sempurna untuk masuk dalam kehidupan dimensi luar biasa tersebut setelah meninggal nantinya.

Banyak alasan atau motivasi manusia untuk mencapai kesempurnaan secara garis besar menurut pandangan saya adalah sebagai berikut :

ALASAN KE 1 – KARENA TAKUT AKAN NERAKA
Mitos adanya neraka yang menghukum secara sadis bagi manusia yang berani berbuat jahat pada beberapa agama, telah menimbulkan suatu ketakutan bagi sebagian besar manusia sehingga takut untuk berbuat jahat, dan mereka berpikir dengan tidak berbuat dosa maka sudah menjauh dari neraka dan berjalan ke arah kesempurnaan.
Apakah Bisa ?
Metode ini cukup efektif untuk membuat manusia untuk tidak berbuat jahat, sehingga seperti sebuah belenggu yang mengikat manusia, tetapi bagaimana kalau manusia menyadari bahwa sebetulnya Neraka itu tidak ada? Apakah belenggu tersebut tidak putus satu hari kemudian yang malahan mungkin menjadi lebih buruk lagi.

ALASAN KE 2 – KARENA EGO NYA
Ada juga yang ingin mencapai kesempurnaan karena ego-nya, karena ingin mencapai yang terbaik diantara para manusia, yang ingin dihormati sebagai seorang yang paling suci atau pemimpin diantara manusia lainnya.
Apakah Bisa ?
Mungkinkah orang yang sudah mencapai kesempurnaan masih terikat oleh Ming & Li dan apakah mungkin dengan kemunafikan sudah bisa mencapai kesempurnaan tersebut?

ALASAN KE 3 – KARENA INGIN MENCARI KESAKTIAN
Ada juga yang berpikir bahwa mencapai kesempurnaan adalah sama dengan kegaiban, maka mereka berpendapat bahwa untuk mencapai kesempurnaan adalah melalui metode latihan, yang menuju kegaiban yang akhirnya bisa menjadikan mereka sebagai manusia super sakti yang setara dengan Dewa-Dewi.
Apakah Bisa ?
Apakah mungkin mencapai kesempurnaan kalau tidak mempunyai moralitas yang baik?

ALASAN KE 4 – KARENA KESEMPURNAAN TIDAK BERADA DI DUNIA INI
Pada golongan ini mereka menganut paham bahwa “bersusah-susah terlebih dahulu, bersenang-senang kemudian” sehingga beranggapan bahwa dalam kehidupan ini harus melakukan penggemblengan diri yang keras misalnya
Berpuasa menyiksa diri karena mengganggap tubuh adalah dosa/kotor dan dengan badan yang bersih atau ringan, baru bisa memasuki alam dimensi lain,
Meninggalkan semua kehidupan duniawi karena mampu menahan semua godaan harta dan indahnya kehidupan adalah bisa mencapai kesempurnaan.
Menyendiri dalam hutan atau gunung sehingga tidak perlu berinteraksi dengan manusia lainnya untuk menghindari hal-hal yang bisa merusak kesempurnaan.
Terus berbuat kebajikan dengan membagi-bagikan hartanya sampai habis dan atau segala macam kebajikan karena berpandangan bahwa hanya dengan berbuat kebajikan saja yang bisa membuat dia mencapai kesempurnaan setelah kematian nantinya.
Apakah Bisa ?
Apakah manusia memang diciptakan untuk disiksa di dunia ini, apakah memang indahnya alam dan kehidupan manusia adalah suatu godaan yang tidak boleh dinikmati, apakah dengan hanya berbuat kebajikan sudah cukup membawa manusia mencapai kesempurnaan. Kenapa harus setelah mati baru bisa menikmati hasil kesempurnaan ?.

ALASAN KE 5 – KARENA MENGERTI APA YANG DIMAKSUD KESEMPURNAAN YANG SESUNGGUHNYA DAN BISA MENIKMATINYA
Pada golongan ini adalah mereka yang sudah mencapai tingkat pengertian yang tinggi mengenai makna kesempurnaan sesungguhnya dan mengerti bahwa kesempurnaan bisa dicapai tanpa perlu mengorbankan keindahan dan nikmatnya kehidupan. Kesempurnaan yang juga bisa dicapai semasa hidup sehingga tidak perlu menunggu setelah kematian untuk bisa menikmati hasil kesempurnaan tersebut dan setelah meninggal dunia akan bisa mencapai kesempurnaan berikutnya untuk bergabung dengan alam dimensi lain tersebut.

Dalam ajaran Tao, dengan melalui proses SIUTAO yang benar yaitu Siu Sin Yang Shing dan selalu berpedoman kepada Hek Li, Hek Fa dan Hek Qing dalam menjalani kehidupan ini maka kesempurnaan yang bisa di capai manusia dalam kehidupan fisknya sekarang adalah bukan khayalan atau harus menunggu sampai berakhirnya hidup, karena ada dua kesempurnaan yang bisa dicapai, yaitu
1. kesempurnaan dibidang kehidupan
2. kesempurnaan di dunia kedewaan.

Kesempurnaan dibidang kehidupan adalah mencapai ZHEN SHAN MEI, yaitu :
ZHEN, menjadi manusia yang lurus, yang tidak menyimpang, yang batinnya benar-benar bersih atau boleh dikata mempunyai moralitas yang baik, yang sempurna.
SHAN, menjadi manusia sejati yang mengerti Ren Qing, menjadi manusia yang penuh welas asih, yang bisa berbagi dan berguna bagi lingkungan sekelilingnya,. Manusia sejati yang bisa mempunyai sifat Qing Jing Wu Wei, yaitu berbuat tanpa pamrih demi kepentingan bersama.
MEI, menjalani hidup yang indah, yang penuh gairah dan kebahagiaan. Yang bisa memperoleh 5 kebahagiaan atau U-Fuk dalam kehidupan ini yaitu rejeki yang berlimpah, kedudukan yang terhormat, usia yang panjang untuk menikmati kebahagiaan, harta yang banyak dan mempunyai anak cucu yang sehat, baik dan berbakti, sehingga bisa menikmati kebahagiaan di dunia selaksana di sorga.

Dengan mencapai kesempurnaan di atas, maka kita baru akan bisa menjadi manusia sejati, yaitu manusia yang mempunyai sifat-sifat luhur sesuai ajaran TAO yang nantinya bisa mencapai kesempurnaaan menjadi dewa-dewi, dimana melalui proses latihan Dao Yin Suk yang tepat dan benar, maka roh yang terlatih akan menjadi sukma yang solid yang bisa mencapai kesempurnaan berikutnya bersatunya antara manusia dengan TAO atau kembali ke asal dengan sempurna atau dikatakan mencapai DE TAO. Maka itu adalah makna mencapai kesempurnaan yang sesungguhnya, yang harus menjadi alasan kuat bagi setiap manusia untuk mencapainya. Melalui ajaran TAO lah kita mengerti bahwa kesempurnaan yang sesungguhnya bisa kita capai dengan jalan yang benar, cara yang tepat dan waktu yang cepat.

Dengan demikian, kita menjadi mengerti bahwa cita-cita manusia untuk mencapai kesempurnaan bilamana tanpa diiringi pengertian yang benar maka cita-cita tersebut hanyalah khayalan belaka, atau menjadi suatu pekerjaan yang sia-sia dan hidup menjadi suatu beban yang berat, yang tidak dapat dinikmati dengan baik sehingga masuk ke dunia tanpa jelas tujuannya dan keluar dari dunia tanpa mendapatkan hasil apa-apa.

Rabu, 01 September 2010

Kata mutiara sahabat cinta

Pacar bisa saja putus
bahkan keluargapun bisa saling bermusuhan
Tetapi tidak dengan sahabat
Sahabat tulus tanpa tendensi
Murni tanpa saling ingin menguasai

Persahabatan

Persahabatan


Persahabatan atau pertemanan adalah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih entitas sosial. Artikel ini memusatkan perhatian pada pemahaman yang khas dalam hubungan antar pribadi. Dalam pengertian ini, istilah "persahabatan" menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain, seringkali hingga pada altruisme. selera mereka biasanya serupa dan mungkin saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan-kegiatan yang mereka sukai. Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan. Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu tidak akan merugikan atau menyakiti mereka.

Nilai yang terdapat dalam persahabatan seringkali apa yang dihasilkan ketika seorang sahabat memperlihatkan secara konsisten:

* kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain.
* simpati dan empati.
* kejujuran, barangkali dalam keadaan-keadaan yang sulit bagi orang lain untuk mengucapkan kebenaran.
* saling pengertian.

Seringkali ada anggapan bahwa sahabat sejati sanggup mengungkapkan perasaan-perasaan yang terdalam, yang mungkin tidak dapat diungkapkan, kecuali dalam keadaan-keadaan yang sangat sulit, ketika mereka datang untuk menolong. Dibandingkan dengan hubungan pribadi, persahabatan dianggap lebih dekat daripada sekadar kenalan, meskipun dalam persahabatan atau hubungan antar kenalan terdapat tingkat keintiman yang berbeda-beda. Bagi banyak orang, persahabatan dan hubungan antar kenalan terdapat dalam kontinum yang sama.

Disiplin-disiplin utama yang mempelajari persahabatan adalah sosiologi, antropologi dan zoologi. Berbagai teori tentang persahabatan telah dikemukakan, di antaranya adalah psikologi sosial, teori pertukaran sosial, teori keadilan, dialektika relasional, dan tingkat keakraban. Lihat Hubungan antar-pribadi